Bajidoran Euis Walet Purwakarta
Untuk kesekian kalinya saya hadir menonton pertunjukan Bajidoran, tapi masih saja saya selalu terkesima dengan suasananya, terutama ketika awal-awal pertunjukan sebelum para penari masuk kearea panggung, penonton sepertinya cuek saja, bahkan seperti tidak ada tanda-tanda pertunjukan akan ramai.
Akan tetapi ketika para penari masuk ke area panggung, dan lagu pertama dikumandangkan, tiba-tiba entah dari mana para penonton masuk tempat pertunjukan dibawah panggung. seperti yang terhipnotis oleh lantunan lagu “Kembang Gadung“, lagu sakral yang biasa mengawali berbagai pertunjukan kesenian buhun, tidak hanya kesenian Bajidoran ini saja.
Orang-orang langsung ikut bergoyang mengikuti hentakan musik yang dimainkan oleh para nayaga. Bagi saya suasananya hampir menyerupai pertunjukan musik elektronik Drum n Bass. Musik kencang dengan suara kendang yang sangat khas karena seperti hampir di level peak dan lebih mirip suara besi dari pada suara kulit yang dipukul.
Saat itu malam pergantian tahung dari tahung ke 2016 ke tahun 2017. seperti biasa di Taman Budaya Bandung Jawa Barat seperti sudah menjadi hal yang rutin , selalu diselenggarakan pertunjukan Bajidoran. Namun ada yang berbeda untuk pertunjukan kali ini, karena biasanya grup Bajidoran yang mengisi pergantian tahun adalah grup-grup yang berasal dari Karawang atau dari Subang, sebagai lumbung kesenian Bajidoran ini. namun kali ini berasal dari Purwakarta, Bajidoran Euis Walet yang dipimpin oleh Ibu Euis Walet. ternyata kota Purwakarta pun memiliki grup Bajidoran yang mumpuni, terbukti dengan penonton yang terhipnotis menari sepanjang malam hingga pergantian tahun.